MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA YANG LEMAH
DALAM
MENGKONVERSI SATUAN MATERI PENGUKURAN
DENGAN METODE DEMONSTRASI
Dosen Pengampu: Beni Asyhar, S.Si., M.Pd.
Puji Astuti
(2814123022)
Jurusan Tadris
Matematika
Fakultas
Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung
ABSTRAK
Tugas
ini dibuat bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi
saat pembelajaran matematika serta cara menyelesaikannya. Permasalahan yang
diangkat disini adalah siswa lemah dalam mengkonversi satuan. Dan penyelesaian
yang penulis ambil adalah dengan metode demonstrasi. Hasil pembahasan dari
permasalahan di atas adalah 1) penyebab siswa lemah dalam mengkonversi satuan
adalah siswa tidak hafal tangga satuan untuk pengukuran panjang dan berat, luas
dan volume, siswa tidak hafal hubungan antar satuan waktu dan kuantitas, metode
mengajar guru yang kurang menarik, sehingga siswa kurang termotivasi untuk
belajar, siswa tidak paham konsep pengukuran, lingkungan belajar yang kurang
mendukung; 2) Cara memahamkan siswa yang lemah dalam materi pengukuran
khususnya dalam mengkonversi satuan adalah menggunakan metode hafalan yaitu
dengan jembatan keledai lalu dilanjutkan dengan metode demonstrasi dalam
mengajarkan materi pengukuran.
Kata kunci: Pemahaman Siswa, Konversi Satuan
Pengukuran, Metode Demonstrasi
ABSTRACT
This
task is made aims to know the problems that occur when learning mathematics and
how to solve it . Issues raised here is the weak students in converting units .
And completion of the authors take is the method of demonstration . The results
of the discussion of the above problems are 1 ) the cause of the weak students
in converting the students did not know the unit is a unit for measuring the
length and weight , area and volume , the students do not know the relationship
between units of time and quantity , methods of teaching teachers who are less
attractive , so that students less motivated to learn , students do not understand
the concept of measurement , less supportive learning environment ; 2 ) How to
get the hang of students who are weak in the material , especially in
converting units of measurement are using rote methods ie with mnemonics and
then proceed with the demonstration method for teaching measurements .
Keywords : Understanding
Students , Conversion Unit of Measurement , Methods Demonstration
PENDAHULUAN
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
bulat dari para matematikawan mengenai definisi matematika. Menurut Andi Hakim
Nasution, istilah metamatika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti
mempelajari. Sedangkan orang Arab menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti ilmu berhitung. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang
bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan
dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.[1]
Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.[2]
Matematika merupakan bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Sebagai bahasa,
matematika memiliki kelebihan. Bahasa matematika memiliki makna yang “tunggal”,
sehingga suatu kalimat metematika tidak dapat ditafsirkan bermacam-macam.
Selain itu, matematika juga mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
untuk pengukuran secara kuantitatif. Matematika juga berfungsi sebagai alat
berpkir. Jadi, sejak awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu
untuk mengatasi berbagai berbagai macam permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat.[3]
Karena manfaat matematika yang begitu banyak untuk kehidupan kita, maka
matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Dimulai dari jenjang
pendidikan yang paling rendah sampai yang paling tinggi, semua membutuhkan
matematika.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan suatu proses
terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi yang
dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik
sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak
sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya.[4]
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual kaegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.[5]
Jadi pendidikan adalah sebuah proses untuk mengembangkan potensi diri menjadi
lebih baik. Dengan pendidikan yang baik diharapkan seluruh peserta didik mampu
memaksimalkan potensi dirinya dan dapat bermanfaat di kemudian hari.
Pendidikan sekolah adalah pendidikan yang
diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis, bertingkat, dan
dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Sebagai lembaga pendidikan
formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan
oleh serta masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara.[6]
Dengan pendidikan sekolah, diharapkan mampu membawa perubahan yang positif
terhadap warga negaranya dalam meningkatkan kualitas hidup mereka di kemudian
hari. Oleh karena itu, diterapkanlah wajib belajar bagi seluruh warga negara.
Matematika merupakan subjek penting dalam
sistem pendidikan di seluruh dunia. Di Indonesia, sejak bangku SD sampai
perguruan tinggi, bahkan sejak play grup atau sebelumnya, syarat
penguasaan terhadap matematika jelas tidak bisa dikesampingkan.[7]
Dalam kehidupan sehari-hari matematika selalu digunakan dalam segala hal. Oleh
karena itu, di Indonesia matematika sudah diperkenalkan sejak usia dini.
Pengenalan matematika sejak usia dini dimaksudkan agar anak dapat melaksanakan
pendidikan dengan baik sampai jenjang perguruan tinggi.
Menurut UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada BAB X Pasal 37 “kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat mata pelajaran matematika”[8]. Cornelius mengemukakan perlunya belajar matematika
karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2)
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreatvitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran tentang perkembangan
budaya. Itu membuktikan bahwa matematika memang harus ditanamkan
sejak usia dini untuk memperkuat tiga elemen yaitu konsep, ketrampilan dan
pemecahan masalah. [9] Kalau ketiga elemen tersebut sudah terbangun
cukup kuat maka siswa tidak akan
kesulitan untuk belajar matematika ketahap selanjutnya.
Sebagian besar siswa di semua jenjang
pendidikan, menganggap bahwa matematika itu sulit apalagi kalau sudah menginjak
SMP dan SMA. Hal ini dikarenakan peletakan dasar matematika ketika anak berada
pada jenjang pendidikan SD kurang kuat. Jika konsep dasar yang di bangun pada
jenjang SD kurang kuat maka tahap berikutnya akan menjadi masa masa sulit dan
penuh perjuangan bagi siswa untuk belajar matematika.[10] Pembelajaran
matematika haruslah diberikan secara tepat agar tidak menjadi momok bagi siswa.
Guru harus pandai-pandai mengatur cara agara matematika iku disenangi oleh
siswa.
Materi matematika di Sekolah Dasar itu
bermacam-macam, sehingga sebagian siswanya mengalami kesulitan dalam
mempelajarinya. Seperti halnya, materi
pengukuran pada jenjang Sekolah Dasar kelas 4. Materi pengukuran terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu, pengukuran sudut, waktu, panjang, berat, luas, volume
dan kuantitas. Tentang pengukuran
panjang dan berat, seperti mengubah dari km ke m, mengubah dari kg ke ons dan
lain sebagainya, sebagian siswanya masih kesulitan untuk menentukan
kesetaraannya. Begitu pula dengan pengukuran luas dan volume, sebagian siswa
masih lemah dalam menentukan kesetaraan antar satuannya. Hal itu bisa disebabkan oleh metode mengajar guru yang
kurang menarik atau siswa yang malas untuk memahami dan mempelajari
materi pengukuran sehingga siswa lemah
dalam mengkonversi satuan.
Metode mengajar guru yang kurang tepat akan
berpengaruh terhadap proses peneyerapan belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Pada materi ini, supaya anak tertarik mempelajari materi pengukuran, guru sebaiknya
menggunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah salah satu dari
beberapa metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran. Dalam buku Proses Belajar Mengajar, metode demonstrasi sebagai metode mengajar
adalah guru memperlihatkan kepada siswanya apa yang sedang diterangkannya.[11]
Metode ini dapat digunakan pada jenjang Sekolah Dasar dikarenakan pada jenjang
ini pengenalan matematika menggunakan benda konkret. Dalam buku Mathemagics urutan
pengenalan matematika yang baik adalah belajar menggunakan benda konkret,
belajar membuat bayangan di pikiran dan belajar menggunakan simbol/lambang.
Benda kongkrit adalah benda yang dapat dilihat dan dipegang oleh siswa. Dengan
adanya benda kongkrit tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam membentuk
jalur informasi melalui pancainderanya kemudian disalurkan dan disimpan di otak
anak dalam jangka waktu yang lama. [12]
Dari pernyataan tersebut jelas bahwa anak pada jenjang sekolah dasar harus
dikenalkan dulu belajar menggunakan benda konkret pada materi-materi tertentu.
Metode demonstrasi diterapkan dengan tujuan
memahamkan siswa tentang kesetaraan antar satuan. Dengan demikian apa yang
siswa lihat dan siswa pelajari dengan metode demostrasi dapat tetap melekat
kuat di dalam otaknya. Dengan metode ini pula diharapkan siswa mampu memperkuat
pemahaman dan hafalannya tentang konversi antar satuan sehingga siswa tidak
kesulitan untuk mengerjakan soal-soal dan mendapatkan hasil belajar yang
memuaskan.
KAJIAN
TEORI
A. Hakikat
matematika
1.
Definisi matematika
Sampai
saat ini belum ada definisi pasti mengenai apa itu matematika, karena banyaknya
ahli yang mendefinisikan pengertian matematika. Berikut ini akan disajikan
beberapa definisi matematika.
Matematika
adalah bahasa khusus yang menggunakan angka-angka dan simbol-simbol untuk
mempelajari hubungan antara kuantitas. [13]
Kline mengemukakan, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya
adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
belajar induktif. Lerner, mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai
bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat dan mengomunikasikan ide mengenai elemen kuantitas. Paling
mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban
terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan
tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.[14]
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu tentang bilangan,
hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Dari
beberapa definisi di atas, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan angka
dan simbol
dalam materi tertentu. Dalam matematika juga diajarkan pada kita tentang
bagaimana cara bernalar dari yang umum ke khusus maupun dari khusus ke umum.
Cara bernalar seperti itu sering digunakan untuk pembuktian-pembuktian
matematika secara prosedural.
Matematika merupakan alat bantu yang sangat efektif bagi manusia. Matematika
digunakan sebagai alat bantu manusia untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah yang sering dihadapi
seperti dalam perdagangan, pengukuran dan masih banyak yang lainnya. Dengan
matematika masalah seperti di atas dapat diselesaikan dengan tepat.
2.
Karakteristik matematika
Berbicara
tentang matematika, pasti akan membuat kita tertarik untuk mengetahui
karakteristik apa yang ada dalam matematika. Untuk itu, ada beberapa
karakteristik dari matematika yang perlu kita ketahui, diantaranya:[15]
a.
Matematika memiliki kajian objek yang abstrak.
b.
Bertumpu pada kesepakatan.
c.
Berpola pikir deduktif.
d.
Memperhatikan semesta pembicaraan
Matematika
memiliki kajian objek yang abstrak yaitu meliputi fakta, prinsip, konsep dan
operasi. Kajian objek tersebut kesemuanya harus dipelajari oleh siswa.
Matematika juga bertumpu pada kesepakatan. Kesepakatan merupakan suatu hal
penting karena merupakan awal dari belajar matematika seperti kesepakatan
pengunaan symbol, bahasa dan lain sebagainya. Matematika juga menerapkan pola
pikir yang deduktif. Yaitu dari hal-hal yang umum kemudian diterapkan ke hal
yang kusus. Matematika juga sangat memperhatikan semesta pembicaraan, karena
itu nanti akan mempengaruhi makna dari suatu hal.
3.
Pembelajaran matematika di sekolah
Pendidikan
dasar bagi generasi muda merupakan tahapan penting dalam menanamkan nilai-nilai
fundamental dalam kehidupan. Pendidikan dasar menjadi peletak dasar mengenai
cara berpikir, bersikap serta berperilaku manusia dalam menjalani hidup. Proses
menjadi manusia seutuhnya dan berkarakter membutuhkan proses panjang dan waktu
yang lama. Salah satu terpenting dalam menumbuhkan manusia berkarakter adalah
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak sekedar mengandalkan pada kecakapan
akademik yang tergambar dari bagaimana siswa tersebut bisa menulis, membaca,
menggambar, menghitung dal sebagainya tetapi juga yang mampu memberikan makna
dan nilai pada perkembangan jiwa dan emosional siswa. Disinilah letak strategis
pembelajaran.[16]
Pembelajaran
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang baik guru/dosen (pendidik),
tutor maupun fasilitator agar peserta didik dapat belajar.[17] Dengan adanya pembelajaran yang baik dan menarik diharapkan terjadi komunikasi dua
arah yang efektif antara guru dengan murid. Sehingga akan didapatkan hasil
belajar yang maksimal oleh peserta didik.
Matematika diajarkan dari jenjang pendidikan Taman
Kanak-Kanak bahkan sampai Perguruan Tinggi. Bidang studi matematika yang
diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar dan geometri.
Menurut Dali S. Naga aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang
berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan-bilangan nyata dengan
perhitungan, terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian. Dalam perkembangan aritmatika selanjutnya, penggunaan bilangan
sering diganti dengan abjad. Penggunaan abjad inilah yang kemudian disebut
aljabar. Aljabar tidak hanya menggnakan abjad sebagai lambang bilangan tetapi
juga lambang-lambang lain seperti lebih besar (>), lebih kecil (<) dan
sebagainya. Geometri adalah cabang matematika yang
berkenaan dengan titik dan garis.[18]
Matematika
yang diajarkan di jenjang SD, harus bisa dikuasai secara baik oleh seluruh
siswa. Hal ini dikarenakan tiga cabang yang harus dipelajari di SD akan menjadi
dasar untuk belajar matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya. Jika siswa
sudah menguasainya, maka akan cukup mudah bagi siswa tersebut untuk belajar
matematika pada tahap selanjutnya. Ada beberapa alasan mengapa matematika harus
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan.
Cockroft
mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat, dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam
berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan
kesadaran keruangan, (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah
yang menantang.[19]
Lerner mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup
tiga elemen yaitu konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. Konsep menunjuk
pada pemahaman dasar. Keterampilan menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang. Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan.[20]
Dari
kesemua pendapat diatas, siswa harus dapat menguasai ketiga elemen yaitu
konsep, keterampilan dan pemecahan masalah. Karena dengan menguasai itu, maka
siswa dapat lebih mudah dalam mempelajari matematika.
B.
Pemahaman konsep
Pelajaran
matematika sangat membutuhkan yang namanya pemahaman konsep dari suatu materi.
Berikut ini tentang beberapa pengertian pemahaman konsep dari beberapa sumber. Menurut Purwanto pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya.[21]
Mulyasa
juga mengemukakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki oleh individu.[22]
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman adalah
kemampuan siswa dalam memahami akan sesuatu hal.
Dalam taksonomi Bloom, tipe hasil belajar kognitif pada
pemahaman di bedakan menjadi tiga, yaitu: [23]
1. Translasi, kemampuan untuk mengubah simbol tertentu unyk
menjadi simbol lain tanpa perubahan makna.
2. Interpretasi, kemampuan untuk menjelaskan makna yang
terdapat dalam simbol, baik simbol verbal maupun simbol non verbal. Kemampuan
untuk menjelaskan konsep atua prinsip atau teori tertentu termasuk dalam
kategori ini.
3. Ekstrapolasi, kemampuan untuk melihat kecenderungan atau
arah atau kelanjuan dari suatu temuan.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional konsep
dapat diartikan sebagai ide abstak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
sekumpulan objek.[24]
Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang
diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan
pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah.[25]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah
suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mengemukakan dan memahami lmu
yang dipelajarinya.
C.
Kesulitan belajar matematika
1.
Pengertian kesulitan belajar
Kesulitan
belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai
tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, baik berbentuk
sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Berikut ini beberapa definisi mengenai
kesulitan belajar yang dijelaskan dalam kurikulum pendidikan nasional. Hammill,
et al. mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah beragam bentuk
kesulitan yang nyata dalam aktivitas
mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan atau dalam
berhitung. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan internal dan eksternal.
NJCLD (National Join Committee of Learning Disabilities) dalam Lerner.
Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam
menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena
kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan,
melainkan karena faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat
mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderanya.
Menurut
beberapa pakar pendidikan, seperti Dalyono menjelaskan kesulitan belajar
merupakan suatu keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya. Menurut Sabri, kesulitan belajar identik dengan kesukaran siswa dalam
menerima atau menyerap pelajaran di sekolah.[26]
Jadi kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu hambatan yang terjadi
dalam proses pembelajaran, sehingga siswa sulit memahami apa ynag diajarkan
oleh guru.
2.
Faktor penyebab kesulitan belajar
Kesulitan
beajar pasti dialami oleh setiap siswa yang menempuh pendidikan. Kesulitan itu
bisa berpengaruh pada hasil belajar yang akan didapat oleh siswa. Oleh karena
itu, akan penulis terangkan mengenai penyebab kesulitan belajar pada anak. Kesulitan
belajar pada anak bahwa faktor utama yang mempengaruhinya adalah berasal dari
dalam diri anak sendiri (internal). Anak mengalami gangguan secara internal
seperti gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).
Ciri-ciri
anak yang sulit memusatkan perhatian biasanya ceroboh, sulit berkonsentrasi
seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara, gagal menyelesaikan tugas, sulit
mengatur aktivitas, menghindari tugas yang memerlukan pemikiran, perhatian
mudah teralih dan pelupa. Untuk anak usia sekolah, saat menyimak pelajaran yang
diberikan guru, anak dengan gangguan pemusatan perhatian tidak dapat mengerti
apa yang diterangkan guru.
Ciri-ciri
dari hiperaktivitas adalah terus menerus bergerak, memainkan jari atau kaki
saat duduk, sulit duduk diam dalam waktu yang lama, berbicara berlebihan dan
senang mengganggu orang lain. Adapun gangguan pemusatan perhatian ini
disebabkanoleh beberapa hal antara lain:
a)
Adanya kelainan anatomis, terutama pada otak
besar bagian depan.
b)
Gangguan neurotransmitter sebagai akibat dari
penggunaan berbagai obat kimia.
c)
Faktor genetik.
d)
Adanya kelainan fungsi inhibisi perilaku dan
kontrol diri.
e)
Gangguan integrasi sensorik dan persepsi.
f)
Gaya hidup yang tidak sehat.
g)
Pola kehidupan yang tidak disiplin.
Oleh
karena itu, bukan hanya faktor luar yang menyebabkan anak kesulitan belajar
namun dari dalam individu itu sendiri yang paling utama.[27]
3.
Dampak kesulitan belajar
Kesulitan
belajar pasti akan memberikan pengaruh yang sangat luar biasa pada peserta
didik. Berikut ini berbagai dampak yang mungkin menyertai kesulitan belajar pada
anak.[28]
a)
Pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.
b)
Interkasi anak dengan lingkungan terganggu.
c)
Anak menjadi frustasi.
d)
Anak menjadi tidak percaya diri.
e)
Anak akan kesulitan berinteraksi dengan
teman-temannya.
f)
Ketidakharmonisan dalam keluarga.
Kesulitan
belajar pastinya akan memberikan dampak yang cukup besar bagi siswa maupun
orang-orang yang ada disekitarnya. Seperti anak akan dikucilkan dari
pergaulannya, tidak percaya diri dan lain sebagainya. Tentunya hal ini akan
sangat menyusahkan interaksi anak tersebut terhadap lingkungan sekitarnya.
D.
Hakikat metode demonstrasi
1.
Pengertian metode demonstrasi
Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam
menjalankan fungsinya dan merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.[29]Ada
banyak metode yang dipergunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam
praktiknya guru harus pandai-pandai memadukan metode pembelajaran dengan materi
yang akan disampaikan. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru adalah
metode demonstrasi. [30]
Metode
demonstrasi adalah suatu metode mengajar dengan jalan guru atau orang lain
(yang sengaja diminta) atau siswa sendiri memperlihatkan atau mempertunjukkan
gerakan-gerakan atau proses dengan prosedur yang benar disertai dengan
keterangan-keterangan kepada seluruh kelas.[31]
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana guru menunjukkan, memperlihatkan
sesuatu proses, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati,
mendengar mungkin meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru
tersebut.[32]
Demonstrasi berarti pertunjukan, maksudnya di dalam pembelajaran guru dengan
menunjukkan apa yang sedang diterangkan.[33]
Dari
bebeapa pengertian diatas, demonstrasi dapat diartikan sebagai suatu
pertunjukkan yang diperlihatkan kepada siswa tentang apa yang dijelaskan atau yang sedang diperagakan oleh
guru dengan disertai penjelasan-penjelasan secara lisan maupun tulisan. Dalam
penggunaan metode demonstrasi, ada dua teknik yang biasanya digunakan. Yang
pertama, guru hanya memeragakan dan memperlihatkannya kepada siswa, sedangkan
siswanya hanya menonton saja atau pasif. Yang kedua, guru memeragakan dan
memperlihatkannya kepada siswa, namun siswa disuruh mengulang kembali atau
mencoba memeragakan alat peraga itu sendiri. Dengan penggunaan teknik yang
berbeda maka hasilnyapun juga akan berbeda.
2.
Langkah-langkah metode demonstrasi
Ada beberapa langkah yang digunakan
dalam metode demonstrasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:[34]
a.
Merumuskan dengan jelas
kecakapan atau ketrampilan apa yang diperoleh setelah demonstrasi dilakukan.
b.
Tentukan peralatan yang
digunakan, kemudian dicoba dahulu agar dalam pelaksanaan demonstrasi tidak
mengalami kegagalan.
c.
Menetapkan prosedur yang
dilakukan dan sebelum demonstrasi dilakukan perlu diadakan percobaan terlebih dahulu.
d.
Menentukan lama
pelaksanaan demonstrasi.
e.
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memberi komentar pada saat maupun sesudah demonstrasi.
f.
Meminta kepada siswa untuk
mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
g.
Menetapkan rencana untuk
menilai kemajuan siswa.
Hal-hal di atas harus benar-benar diperhatikan oleh guru
dalam melakukan demonstrasi. Hal ini dikarenakan terkait dengan tujuan
pembelajaran yang guru gunakan berhasil atau tidak.
Persiapan yang lebih matang juga harus dilakukan oleh guru, agar dapat menampilkan
yang terbaik dan siswa dapat memahami apa yang dipertunjukkan oleh guru.
3.
Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi
a.
Kelebihan metode
demonstrasi
Penggunaan teknik demonstrasi sangat menunjang proses
interaksi belajar mengajar di kelas. Adapun kelebihan metode demonstrasi
sebagai berikut:[35]
1)
Dengan metode demonstrasi
perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan.
2)
Kesalahan-kesalahan yang
terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi melalui pengamatan dan
contoh kongkrit.
3)
Memberikan kesan yang
mendalam kepada siswa.
4)
Memberikan motivasi kepada
siswa untuk belajar lebih giat.
5)
Siswa dapat berpartisipasi
secara aktif, memperoleh pengalaman secara langsung dan dapat mengembangkan
kecakapannya.
b.
Kelemahan metode demonstrasi
Walaupun telah disebutkan beberapa kelebihan metode
demonstrasi, namun sebuah metode tidak selalu sempurna. Berikut ini beberapa
kelemahan dari metode demonstrasi:[36]
1)
Bila alatnya kecil atau
penempatan yang kurang tepat menyebabkan demonstrasi tidak dapat dilihat dengan
jelas oleh siswa.
2)
Jika tidak melibatkan
siswa dalam proses demonstrasi maka materi yang disampaikan biasanya kurang
dipahami oleh siswa.
3)
Memerlukan biaya untuk
membuat alat demonstrasi.
E.
Materi Pengukuran
Materi
pengukuran sudah dikenalkan sejak jenjang Sekolah Dasar. Materi tersebut
dikenalkan sejak Sekolah Dasar. Dimulai dari pengukuran menggunakan satuan
tidak baku sampai ke satuan yang baku, dari yang sederhana ke yang lebih
kompleks. Hal tersebut pastinya memerlukan proses yang tidak sebentar, harus
dilakukan secara bertahap dan harus dilatih secara terus menerus sampai anak
mahir.
Pengukuran
adalah satu dari yang paling luas digunakan aplikasinya dalam matematika dan
menjembatani dua hal/materi utama dalam matematika sekolah yaitu geometri dan
bilangan.[37]
Materi pengukuran yang dipelajari diantaranya adalah pengukuran panjang, berat,
luas, volume, kuantitas, waktu, suhu dan sudut.[38]
Dari kesemua materi pengukuran tersebut, penulis akan membahas tentang satuan
waktu, satuan panjang, satuan berat, satuan kuantitas, luas, dan volume. Dalam
topik tersebut akan
dibahas mengenai hubungan antar satuan maktu, hubungan antar satuan panjang, hubungan antar satuan
berat, satuan kuantitas dan hubungannya. Berikut ini akan dibahas sekilas mengenai
topik di atas.
1.
Satuan Waktu
Berbicara mengenai satuan waktu tentunya tidak
lepas dari kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita selalu berhubungan dengan waktu
apabila beraktifitas. Berikut ini adalah hubungan antar satuan waktu yang hiasa
kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.[39]
1 abad = 100 tahun
1 dasawarsa = 10 tahun
1 windu = 8 tahun
1 lustrum = 5 tahun
1 tahun = 12 bulan
1
tahun = 52 minggu
1 tahun = 365 hari
1 tahun = 2 semester
1 tahun 3 catur wulan.
|
1 semester = 6 bulan
1 catur wulan = 4 bulan
1 bulan = 30 hari
1 bulan = 4 minggu
1 minggu = 7 hari
1 hari = 24 jam
1 jam = 60 menit
1
menit = 60 detik
|
2.
Satuan Panjang
Ada dua macam satuan ukuran panjang yaitu:[40]
a.
Satuan ukur panjang tidak baku
Misalnya: jengkal, hasta, depa, langkah dan
lengan. Satuan ukur ini tidak lazim digunakan karena sifatnya berubah-ubah.
Namun dalam masyarakat tradisional pengukuran dengan satuan tidak baku masih
digunakan.
b.
Satuan ukur panjang baku
Satuan ukur ini ditetapkan melalui perjanjian
internasional dan sifatnya tetap. Satuan ukuran panjang baku standar
internasional adalah kilometer (km), hektometer (hm), dekameter (dam), meter
(m), desimeter (dm), sentimeter (cm), dan milimeter (mm). Untuk satuan ukuran
panjang setiap turun 1 tingkat kebawah dikalikan dengan 10, turun 2 tingkat
dikalikan 100 dan seterusnya. Jika naik 1 tingkat ke atas dibagi dengan 10,
naik 2 tingkat dibagi 100 dan seterusnya.
3.
Satuan Berat
Satuan berat sangat sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti menimbang gula, berat badan dan lain sebagainya.
Ukuran berat yang biasa dipakai antara lain kilogram, ons, gram dan lain-lain.
Sedangkan alat untuk mengukur berat benda adalah timbangan.[41]
Untuk satuan ukuran panjang setiap turun 1 tingkat kebawah dikalikan dengan 10,
turun 2 tingkat dikalikan 100 dan seterusnya. Jika naik 1 tingkat ke atas
dibagi dengan 10, naik 2 tingkat dibagi 100 dan seterusnya.
4.
Satuan Kuantitas
Satuan kuantitas digunakan untuk menyatakan
jumlah benda. Berikut ini adalah hubungan antarsatuan kuantitas:[42]
1 lusin = 12 buah
1 gros = 12 lusin
1 gros = 144 buah
1 kodi = 20 lembar
1 rim = 500 lembar
5.
Satuan Luas
Satuan ukuran luas hampir mirip dengan satuan
ukuran panjang. Dalam satuan luas ada penambahan tentang pangkat 2. Jadi satuan
ukuran luas adalah
,
,
,
,
,
,
. Untuk satuan ukuran luas setiap turun 1 tingkat
kebawah dikalikan dengan 100, turun 2 tingkat dikalikan 10000 dan seterusnya.
Jika naik 1 tingkat ke atas dibagi dengan 100, naik 2 tingkat dibagi 10000 dan
seterusnya.[43]







6.
Satuan Volume
Satuan ukuran volume hampir sama dengan ukuran
panjang. Dalam satuan volume ada penambahan pangkat 3. Jadi satuan ukuran
volume adalah
,
,
,
,
,
,
. Untuk satuan ukuran volume setiap turun 1
tingkat kebawah dikalikan dengan 1000, turun 2 tingkat dikalikan 1000000 dan
seterusnya. Jika naik 1 tingkat ke atas dibagi dengan 1000, naik 2 tingkat dibagi
1000000 dan seterusnya.[44]







PEMBAHASAN
A.
Penyebab siswa lemah dalam mengkonversi satuan
Berbicara
tentang materi pengukuran, pastinya sudah terbayang dengan materi yang banyak
dan harus meghafalkan. Oleh karena itu, sebagian siswa merasa kesulitan untuk belajar
pengukuran. Dibawah ini ada beberapa penyebab siswa lemah dalam materi
pengukuran, khususnya untuk mengkonversi satuan.
Faktor
yang dapat menyebabkan siswa lemah dalam mengkonversi satuan antara lain:
1.
Siswa tidak hafal tangga satuan untuk
pengukuran panjang dan berat, luas dan volume.
Sebelum menginjak materi pengukuran dengan
tangga satuan, siswa diajak menghafal tangga satuan terlebih dahulu. Siswa yang
tidak hafal tangga satuan dapat disebabkan karena cara menghafalnya yang tidak
menarik, sehingga tidak tersimpan kuat di memori siswa. Bisa disebabkan juga
daya ingat siswa yang tidak kuat sehingga perlu dilakukan penghafalan yang
berulang-ulang.
2.
Siswa tidak hafal hubungan antar satuan waktu
dan kuantitas.
Seperti halnya dengan menghafal tangga satuan
panjang dan berat, satuan waktu dan kuantitas pun perlu dihafalkan. Agar
hafalannya melekat kuat di ingatan siswa maka haruslah digunakan cara
mengahafal yang menarik.
3.
Metode mengajar guru yang kurang menarik,
sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar.
Proses belajar mengajar memanglah hal yang
menarik untuk diperbincangkan. Terutama dalam hal mengajar siswa. Cara guru
mengajar merupakan salah satu penentu keberhasilan pembelajaran di kelas. Cara
mengajar guru haruslah menarik perhatian siswa agar siswa termotivasi untuk
belajar. Sehingga sebagai seorang pendidik haruslah mampu menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan dan kondusif.
4.
Siswa tidak paham konsep pengukuran.
Permasalahan lain yang sering timbul adalah
siswa tidak paham konsep pengukuran. Hal tersebut dapat terjadi karena metode
mengajar guru yang kurang menarik dan kurang baik, siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru. Jika penjelasan awal sudah tidak paham maka
untuk mengikuti materi selanjutnya pun akan kesulitan.
5.
Lingkungan belajar yang kurang mendukung.
Lingkungan belajar merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi siswa dalam belajar. Lingkungan belajar yang kurang mendukung
akan menghambat proses belajar mengajar di kelas dan hasilnya tidak akan
maksimal.
Selain
faktor di atas, menurut Annisa Novita Dewi penyebab siswa lemah mengkonversi
satuan kususnya satuan panjang adalah siswa tidak hafal tangga satuan panjang
sehingga urutan yang dihafal itu terbalik-balik.[45]
Ketika seorang siswa tidak hafal satuan panjang maka dia tidak akan bisa
mengerjakan soal tentang mengkonversi satuan dengan benar. Disisi lain, selain
siswa tidak hafal dengan tangga satuan, siswa juga lemah dalam operasi bilangan
bulat kususnya pada perkalian dan pembagian.
Oleh
karena itu, sebagai guru harus dapat berpikir kreatif. Hal ini dimaksudkan,
untuk menggugah minat siswa agar termotivasi untuk lebih giat belajar tentang
materi pengukuran. Sebab, materi pengukuran itu sangat penting dan akan selalu
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Cara memahamkan siswa yang lemah dalam materi
pengukuran khususnya dalam mengkonversi satuan.
Terdapat
beberapa permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran materi pengukuran seperti
yang diterangkan pada poin sebelumnya. Tentunya akan banyak sekali hal-hal yang
kita pikirkan bagaimana caranya siswa itu dapat belajar dengan baik dan
memahami materi apa yang kita sampaikan. Pada pemabahasan kali ini penulis akan
menjelaskan bagaimana memahamkan siswa yang lemah dalam mengkonversi satuan.
Yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi.
Namun
sebelum mempraktekkan metode tersebut langkah pertama yang harus guru ambil
adalah mengajak siswa untuk menghafal tangga satuan terlebih dahulu. Untuk
menghafal tersebut, guru dapat memanfaatkan “jembatan keledai” yaitu mengaitkan
suatu kata dengan kata lain, menghubungkan satu satuan dengan suatu kata yang
hampir mirip. Sehingga dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi siswa dan
dapat diingat dengan mudah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:[46]
1.
Ketika pembelajaran tentang pengukuran
dimulai. Guru menuliskan kata-kata sebagai berikut: Kami – Hampir – Demam –
Makan - Durian mentah – Sama – Mangga mentah.
2.
Biarkan dulu siswa bereaksi dan berkomentar,
tetapi guru harus pandai merebut perhatian siswa agar tetap focus ke papan
tulis.
3.
Guru meminta kepada siswa untuk membaca
bersama-sama beberapa kali kemudian menghafalkannya.
4.
Setelah mulai hafal guru menjelaskan maksud
dari kata-kata yang mereka hafal.
Kami = km (kilometer)
Hampir = hm (hectometer)
Demam = dam (dekameter)
Makan = m (meter)
Durian mentah = dm
(desimeter)
Sama = cm (sentimeter)
Mangga mentah = mm
(millimeter)
5.
Setelah siswa dirasa mampu menghafalnya, maka
guru membawa siswa untuk mempelajarinya materi ini dengan metode demonstrasi.
Demonstrasi
yang ditampilkan nanti berupa alat peraga tangga satuan untuk pengukuran
panjang, berat, luas dan volume serta papan Waktu dan Kuantitas. Alat peraga
tersebut dibuat semenarik mungkin agar siswa merasa senang dalam belajar.
1.
Satuan Waktu
Satuan
waktu erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan pengunaan metode
demonstrasi maka satuan waktu dapat di buat papan untuk dipertunjukkan kepada
siswa.
![]() |
Penggunaannya, guru dapat menunjukkan didepan
kelas sambil menerangkan tentang fungsi dari papan tersebut. Pada tangga satuan
waktu tiap turun 1 tangga maka dikali dengan 60. Jika turun 2 tangga maka
dikali dengan 60x60 = 3600. Jika naik 1 tangga maka dibagi dengan 60, jika naik
2 tangga maka dibagi dengan 3600. Untuk
kesetaraan antar satuan waktu yang lain, guru dapat menggunakan papan tempel
untuk menerangkannya. Guru menerangkan tantang isi dari papan tempel tersebut
kemudian menyuruh siswa untuk menulisnya dibuku. Setelah itu guru melepas papan
tempel tersebut dan meminta siswa untuk mencoba-coba memasangkan kertas yang
berisi tulisan-tulisan waktu kemudian di tempelkan ke papan yang telah
disediakan.
Hal ini dimaksudkan agar apa yang dipelajari siswa tadinya dapat
tertanam kuat di ingatan siswa. Setelah selesai, maka tugas guru untuk
menjelaskan dan meluruskan hasil percobaan siswa yang masih belum benar. Untuk
lebih memantapkannya guru memberikan beberapa soal untuk dikerjakan siswa. Hal
ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa tentang materi yang
telah disampaikan.Dengan begitu maka diharapkan siswa dapat paham tentang
kesetaraan antar satuan waktu.
2.
Satuan Panjang
Setelah
menghafal satuan panjang maka siswa diajarkan satuan panjang melalui metode
demonstrasi, yaitu menggunakan tangga satuan. Diharapkan dengan metode ini anak
dapat lebih paham tentang satuan panjang. Dengan ketentuan jika turun 1 tangga
maka dikali dengan 10, jika turun 2 tangga maka dikali dengan 10 x 10 =100 dan
seterusnya. Jika naik 1 tangga maka dibagi dengan 10, naik 2 tangga dibagi
dengan 100 dan seterusnya.
Km
|
||||||
|
Hm
|
|||||
|
|
Dam
|
||||
|
|
|
M
|
|||
|
|
|
|
Dm
|
||
|
|
|
|
|
Cm
|
|
|
|
|
|
|
|
Mm
|
Misalkan,
guru akan mencari kesetaraan satuan dari 1 km ke m. Caranya, dari km kita
hitung turun berapa tangga ke m. Ternyata dari km ke m itu turun 3 tangga.
Sehingga turun 3x itu dapat ditulis dengan 10 x 10 x 10=1000. Dapat disimpulkan
1 km = 1000 m. Begitu pula ketika kita mencari 1 m itu sama dengan berapa hm?
Guru dapat menjelaskan kepada siswa dari m ke hm itu naik tangga sebanyak 2x.
Yang berarti kalau naik itu dibagi dengan 10 x 10 = 100. Jadi 1 m = 1 : 100 =
0,01 hm.
3.
Satuan Berat
Cara mencari kesetaran antar satuan berat
tidak jauh berbeda dengan cara mencari kesetaraan antar satuan panjang. Dengan ketentuan
yang sama dengan pengukuran panjang. Jika turun 1 tangga maka dikali dengan 10,
jika turun 2 tangga maka dikali dengan 10 x 10 =100 dan seterusnya. Jika naik 1
tangga maka dibagi dengan 10, naik 2 tangga dibagi dengan 100 dan seterusnya.
Kg
|
||||||
|
Hg
|
|||||
|
|
Dag
|
||||
|
|
|
G
|
|||
|
|
|
|
Dg
|
||
|
|
|
|
|
Cg
|
|
|
|
|
|
|
|
Mg
|
Misalkan,
guru akan mencari kesetaraan satuan dari 1 Kg ke g. Caranya, dari Kg kita
hitung turun berapa tangga ke g. Ternyata dari Kg ke g itu turun 3 tangga.
Sehingga turun 3x itu dapat ditulis dengan 10 x 10 x 10=1000. Dapat disimpulkan
1 kg = 1000 g. Begitu pula ketika kita mencari 1 g itu sama dengan berapa Kg?
Guru dapat menjelaskan kepada siswa dari g ke kg itu naik tangga sebanyak 3x.
Yang berarti kalau naik itu dibagi dengan 10 x 10 x 10 = 1000. Jadi 1 g = 1 :
1000 = 0,001 kg.
4.
Satuan Kuantitas
![]() |
Satuan
kuantitas dapat diterangkan guru dengan metode demonstrasi. Misalnya, guru
memberikan pertanyaan kepada siswa, 1 lusin itu sama dengan berapa buah? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut maka guru menyediakan kertas tempel yang berisi
tulisan-tulisan hubungan kesetaraan antar satuan kuantitas. Dengan begitu akan
ada interaksi antar guru dengan siswa dalam proses demonstrasinya. Guru member
pertanyaan kemudian murid menjawab dan guru menempelkan jawaban-jawaban siswa
tersebut pada papan satuan Kuantitas. Untuk selanjutnya guru menerangkan hasil
tempelan-tempelan siswa tersebut dan meluruskannya jika ada kesalahan.
5.
Satuan Luas
Cara
mencari kesetaraan antar sautuan luas tidak jauh berbeda dengan cara mencari
kesetaraan antar satuan panjang. Yang membedakan adalah jika pada satuan
panjang tiap turun 1x dikali dengan 10 maka untuk satuan luas tiap turun 1x
dikali dengan 102 = 10 x 10 = 100. Jika naik 1x maka dibagi dengan
100.
Km2
|
||||||
|
Hm2
|
|||||
|
|
Dam2
|
||||
|
|
|
M2
|
|||
|
|
|
|
Dm2
|
||
|
|
|
|
|
Cm2
|
|
|
|
|
|
|
|
Mm2
|
Misalkan,
guru akan mencari kesetaraan satuan dari 1 Km2 ke Dam2.
Caranya, dari Km2 kita hitung turun berapa tangga ke Dam2.
Ternyata dari Km2 ke Dam2 itu turun 2 tangga. Sehingga
turun 2x itu dapat ditulis dengan 102 x 102=100 x 100 =
10000. Jadi dapat disimpulkan 1 km2 = 10000 dam2. Begitu
pula ketika kita mencari 1 m2 itu sama dengan berapa hm? Guru dapat
menjelaskan kepada siswa dari m2 ke hm2 itu naik tangga
sebanyak 2x. Yang berarti kalau naik itu dibagi dengan 102 x 102
= 100 x 100 = 10000. Jadi 1 m2 = 1 : 10000 = 0,0001 hm2.
6.
Satuan Volume
Cara
mencari kesetaraan antar sautuan volume tidak jauh berbeda dengan cara mencari kesetaraan
antar satuan panjang dan satuan luas. Yang membedakan adalah jika pada satuan
panjang tiap turun 1x dikali dengan 10 , untuk satuan luas tiap turun 1x dikali
dengan 102=100 sedangkan untuk satuan volume tiap turun 1x dikali
dengan 103=1000. Jika naik 1x maka dibagi dengan 1000.
Km3
|
||||||
|
Hm3
|
|||||
|
|
Dam3
|
||||
|
|
|
M3
|
|||
|
|
|
|
Dm3
|
||
|
|
|
|
|
Cm3
|
|
|
|
|
|
|
|
Mm3
|
Contohnya
untuk mencari kesetaraan satuan dari 1 km3 ke dam3.
Dengan cara yang sama seperti mencari kesetaraan antar satuan panjang maupun
luas, dihitung turun berapa kali dari km3 ke dam3 itu.
Ternyata dari km3 ke dam3 itu turun tangga sebanyak 2x.
Sehingga dapat ditulis 103 x 103 = 1000 x 1000 = 1000000.
Jadi 1 km3 = 1000000 dam3.
Begitu pula ketika mencari kesetaraan satuan dari 1 dm3 ke m3.
Guru dapat menjelaskan dari dm3 ke m3 naik tangga
sebanyak 1x. Sehingga dapat ditulis 103 = 1000. Jadi 1 dm3 = 1 : 1000 = 0,001 m3.
Setelah proses demonstrasi selesai guru
memberikan soal agar siswa dapat memperdalam pemahamannya. Diharapkan dengan
metode demonstrasi seperti ini siswa akan lebih paham bagaimana caranya
mengkonversi satuan. Sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan yang cukup
berarti dalam mengerjakan soal-soal dalam pengukuran.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.
Penyebab siswa lemah dalam mengkonversi satuan
adalah sebagai berikut:
a.
Siswa tidak hafal tangga satuan untuk
pengukuran panjang dan berat, luas dan volume.
b.
Siswa tidak hafal hubungan antar satuan waktu
dan kuantitas.
c.
Metode mengajar guru yang kurang menarik,
sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar.
d.
Siswa tidak paham konsep pengukuran.
e.
Lingkungan belajar yang kurang mendukung.
2.
Cara untuk memahamkan siswa yang lenah dalam
mengkonversi satuan adalah dengan menggunakan metode demonstrasi. Sebelum
menggunakan metode demonstrasi guru mengajak siswa untuk menghafalkan satuan
panjang dengan menggunakan jembatan keledai. Metode demonstrasi bisa digunakan
untuk menarik minat siswa dalam belajar pengukuran, serta dengan kondisi kelas
yang mendukung maka diharapkan siswa dapat termotivasi untuk lebih giat belajar
dan dapat menyelesaikan soal-soal terkait pengukuran.
B.
Saran
Untuk
meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika mengenai materi
pengukuran, penulis memberi saran sebagai berikut:
1.
Kepada siswa
Agar siswa dapat memahami dan mempelajari
materi pengukuran dengan baik, sebaiknya siswa selalu memperhatikan materi apa
yang disampaikan oleh guru dikelas. Sehingga siswa dapat cepat paham mengenai
materi pengukuran ini khususnya dalam mengkonversi satuan.
2.
Kepada guru
Guru sebaiknya mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa. Karena
hal tersebut akan berpengaruh pada cepat lambatnya proses penyerapan materi
oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus panadai-pandai menyesuaikan metode
pengajaran yang akan digunakan dalam kelas.
3.
Kepada penulis
Untuk menambah pengalaman dan masukan bagi
penulis lain. Serta menambah wawasan baik dalam bidang penulisan maupun dalam
bidang materi.
REFERENSI
Abdurrahman, Mulyono. 2003. PENDIDIKAN BAGI
ANAK KESULITAN BELAJAR. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Ag, Moch. Masykur & Fathani, Abdul Halim.
2009. MATHEMATICAL INTELLIGENCE : Cara Cerdas Melatih Otak dan
Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Arifin, Anwar. 2003. Memahami Paradigma Baru
Pendidikan Nasional,. Jakarta : Diterbitkan oleh Ditjen Kelembagaan Agama
Islam Depag.
Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi SMP. Jakarta:
Depdiknas.
Fathani, Abdul Halim. 2012. MATEMATIKA:Hakikat
& Logika. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Fitri, Agus Zaenul. 2013. Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam.
Bandung : Alfabeta
Gulo. 2002. Stategi
belajar mengajar. Jakarta: Grafindo.
Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan. Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Hasibuan, J.J. & Moedjiono. 2012. PROSES
BELAJAR MENGAJAR. Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Junaedi, et. al. 2008. Diktat :
Strategi Pembelajaran Edisi Pertama. Surabaya : LAPIS PGMI.
Mufarokah, Anisatul. 2009. Strategi Belajar
Mengajar. Yogyakarta : Penerbit Teras.
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musrikah. 2013. DIKTAT KPMSD (Kajian
Pengembangan Matematika Sekolah Dasar). Stain Tulungagung.
NK, Roestiyah. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Nunik Dita Agustin,. 2012. ” Penerapan metode demonstrasi
dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar ipa peserta didik kelas IIIB
madrasah ibtidaiyah wajib belajar hidayatut thullab kamulan durenan trenggalek”. Tulungagung
Padil, Moh. & Prastyo, Angga Teguh. 2011. Strategi
pengelolaan SD/MI Visioner. Malang : UIN-MALIKI PRESS.
Pujiati. 2004. “Pengukuran” (disampaikan pada diklat
instruktur/ pengembang matematika SD, Yogyakarta.
Purwanto, Ngalin. 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Setyono, Ariesandi. 2005. Mathemagics.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Subini, Nini. 2011. Mengatasi Kesulitan
Belajar Pada Anak. Yogyakarta : Javalitera.
Sugiyarti, Sri. 2009. Matematika untuk SD/MI
Kelas 4. Jakarta : Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno. 2006. Pengajaran
Mikro, Pendekatan Praktis Dalam Menyiapkan Pendidikan Profesional. Yogyakarta
: Tiara Wacana.
Uno, Hamzah B. & Mohamad, Nurdin. 2012. Belajar
Dengan Pendekatan PAILKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif, Menarik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
VanCleave, Janice. 2005. Matematika Untuk
Anak. Bandung : Pakar Karya.
Dewi, Anisa Novita. tersedia di http://belajar.indonesiamengajar.org/2013/01/menghafal-tangga-satuan-panjang/ (diakses tanggal 11-11-2014)
Khairani,
Siti. “Konversi Satuan Ukuran Berat, Panjang, Luas dan Isi”(On-Line),
tersedia di http://mahasiswibaru.blogspot.com/2009/12/konversi-satuan-ukuran-berat-panjang.html (diakses tanggal 10-11-2014)
[1] Abdul Halim Fathani, MATEMATIKA:Hakikat
& Logika, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 21-22.
[2] Mulyono Abdurrahman, PENDIDIKAN BAGI ANAK
KESULITAN BELAJAR, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2003) hal. 252.
[3] Moch. Masykur Ag & Abdul Halim Fathani, MATHEMATICAL
INTELLIGENCE:Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar
(Jogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2009) hal. 47-51
[4] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta
: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 1999) hal. 4-5
[5] Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru
Pendidikan Nasional, ( Jakarta : Diterbitkan oleh Ditjen Kelembagaan Agama
Islam Depag, 2003) hal 34
[6] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu…hal. 46-47
[7] Moch. Masykur Ag & Abdul Halim Fathani, MATHEMATICAL…
hal. 41-42
[8] Anwar Arifin, Memahami Paradigma… hal
50
[9] Mulyono Abdurrahman, PENDIDIKAN BAGI…
hal. 253.
[10] Ariesandi Setyono, Mathemagics (Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005) Hal 15
[11] J.J. Hasibuan & Moedjiono, PROSES
BELAJAR MENGAJAR, (Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2012) hal. 29.
[12] Ariesandi setyono, Mathemagics… hal. 45
[13] Janice VanCleave, Matematika Untuk Anak (
Bandung : Pakar Karya, 2005) hal. 1.
[14] Mulyono Abdurrahman, PENDIDIKAN…hal.
252.
[15] Junaedi, et. al., Diktat : Strategi
Pembelajaran Edisi Pertama, (Surabaya : LAPIS PGMI, 2008) hal. 11
[16] Moh. Padil dan Angga Teguh Prastyo, Strategi
pengelolaan SD/MI Visioner, (Malang : UIN-MALIKI PRESS, 2011) hal. 50,
66-67.
[18] Mulyono Abdurrahman, PENDIDIKAN…hal.
253.
[19] Ibid…hal. 253
[20] Ibid…hal. 253-254
[21] Ngalin Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1994) hal 44.
[24] Depdiknas,
Pedoman khusus pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi SMP,
(Jakarta: Depdiknas, 2003), hal 18.
[26] Nini Subini, Mengatasi Kesulitan Belajar
Pada Anak, (Yogyakarta : Javalitera, 2011) hal. 12-15
[27] Ibid. hal. 16-18
[28] Ibid. hal. 49-50
[29] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar
Dengan Pendekatan PAILKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif, Menarik, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012) hal. 7
[30] Nunik Dita Agustin,.” Penerapan metode demonstrasi
dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar ipa peserta didik kelas IIIB
madrasah ibtidaiyah wajib belajar hidayatut thullab kamulan durenan trenggalek” (Tulungaung.
2012), hal. 23
[31] Anisatul Mufarokah, Strategi Belajar
Mengajar, ( Yogyakarta : Penerbit Teras, 2009), hal. 89.
[32] Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta
: Rineka Cipta, 1991), hal.83
[33] Junaedi, et. al., Diktat : Strategi
Pembelajaran …hal. 11
[34] Suwarno, Pengajaran
Mikro, Pendekatan Praktis Dalam Menyiapkan Pendidikan Profesional,
(Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006), Hal. 112
[37] Musrikah, DIKTAT KPMSD (Kajian Pengembangan
Matematika Sekolah Dasar), ( Stain Tulungagung, 2013) hal. 107
[38] Pujiati,
“Pengukuran” (disampaikan pada diklat instruktur/ pengembang
matemarika SD : Yogyakarta, 6-19 Agustus 2004)
[39] Sri Sugiyarti, Matematika unutk SD/MI Kelas
4, (Jakarta : Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009) hal.
71
[40] Ibid…hal. 72
[41] Ibid…hal. 73
[42] Ibid…hal. 75
[43] Siti Khairani, “Konversi Satuan Ukuran
Berat, Panjang, Luas dan Isi”(On-Line), tersedia di http://mahasiswibaru.blogspot.com/2009/12/konversi-satuan-ukuran-berat-panjang.html (diakses tanggal 10-11-2014)
[44] Ibid.
[45] Anisa
Novita Dewi, tersedia di http://belajar.indonesiamengajar.org/2013/01/menghafal-tangga-satuan-panjang/
(diakses tanggal 11-11-2014)
[46] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar